Senin, 14 November 2016

(Review) Red Queen #1 by Victoria Aveyard.






- Judul: Red Queen.  
- Seri: Red Queen.  
- Seri Ke: 1 (Satu).
- Pengarang: Victoria Aveyard.  
- Bahasa: Indonesia (Terjemahan).  
- Penerjemah: Shinta Dewi.  
- Editor: Jia Effendi  
- Penerbit: Noura Books (Mizan Fantasi).  
- Tebal: 525 Halaman (Ebook).  
- ISBN: 978-602-385-062-4.   
- Rating: 5/5 Stars.


- Review:



Buku aneh, kalau kalian bukan penyuka plot twist tak terduga dan akhir yang menggantung. Dianjurkan untuk tidak membaca Red Queen ini.
Ketika dunia memiliki tak hanya satu warna darah, melainkan dua. Yang satu berwarna merah seperti kita, Manusia biasa. Dan yang satu lagi perak, yang konon dipercayai sebagai keturunan para dewa. Para darah perak hampir selalu memiliki kekuatan super, entah itu manipulasi elemen seperti air, api dan besi. Memiliki tangan besar dengan kekuatan penghancur super. Bahkan sampai menguasai otak orang lain. Dan beragam kekuatan lainnya.


Di dunia seperti ini lah Mare Burrow hidup sebagai seorang pencuri berdarah merah. Walaupun dia adalah seorang merah, dia memiliki kekuatan, Kaki yang lebih lincah daripada kebanyakan orang, dan tangannya yang cepat merupakan kombinasi maut bagi para korbannya. Tetapi pencuri bukanlah sebuah pekerjaan yang dapat di akui oleh pemerintahan, dan dia juga bukanlah seorang murid magang. Dan itu membuat Mare terpaksa menyiapkan dirinya untuk mengikuti wajib militer, dan dikirim ke medan perang. Mare telah pasrah dengan keadaannya itu. Toh ayah dan ibunya masih memiliki sang adik, untuk berkerja. Tetapi ketika sahabat dan adiknya terlibat dalam sebuah masalah, seketika itu pula lah dunia Mare menjadi kacau balau.


Setelah di bingungkan dengan masalah-masalah yang menghampiri hidupnya. Pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Cal memberinya sedikit harapan. Dalam waktu singkat Mare mendapatkan sebuah pekerjaan yang tidak pernah dia sangka. Yaitu berkerja di istana perak. Yah... walaupun hanya menjadi pembantu. Tapi Mare senang akan hal itu, tapi seolah takdir tak ingin membuat Mare tenang. Sesuatu  yang mengejutkan terjadi kembali tepat di saat pemilihan calon Ratu selanjutnya.


Waktu awal-awal aku membaca buku ini, aku sempat bingung. Kok ya kayak remeh banget gitu konfliknya. Si Mare kok kayak tergesa-gesa banget ikut dalam kelompok pemberontakan. Karena waktu di awal, aku melihat para kaum perak ini gak beringas-beringas amat kok ampe di musuhin sedemikian rupa sama si Mare. Memang sih wajib perang itu lebih banyak memakan korban di kalangan Merah ketimbang Perak. Tapi ya namanya perang mau gimana lagi gitu.
Baca-baca-baca... waktu aku sampai di beberapa bab terakhir, aku seperti ditampar oleh plot twist tak terduganya. Langsung saja aku menarik kembali perkataanku tentang konflik yang remeh itu. Seperti kata-kataku di awal tadi. Buku ini adalah sebuah buku yang aneh, aku yang biasanya dengan mudahnya jatuh cinta sama karakter di dalam novel, di buku ini berhasil di bikin gak suka sama siapa-siapa. Karena mengutip dari kata-kata yang sering diucapkan Mare dipikirannya, setiap orang bisa mengkhianati siapa pun. Aku gak bisa suka sama mereka, karena takut dikhianati *lebay mode on*. tapi setakut-takutnya aku sama plot twistnya yang kelewat sedap ini, harus aku akui kalo aku berhasil di bikin suka banget sama bukunya. Jadi apakah kalian masih mau mencoba buku yang satu ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar