Minggu, 30 Oktober 2016

(Review) The Reckoners Trilogy #2 - Firefight by Brandon Sanderson.

 





- Judul: Firefight.
- Seri: The Reckoners.
- Seri ke: 2 (Dua).  
- Pengarang: Brandon Sanderson.  
- Bahasa: Indonesia (Terjemahan).
- Penerjemah: Putra Nugroho.
- Editor: Rina Wulandari.
- Penerbit: Noura Books (Mizan Fantasi).
- Rating: 5/5 Stars.  
- ISBN: 978-602-385-001-3.



Review:
(((SPOILER ALERT))) Buat yg belum baca buku sebelumnya.








Setelah berhasil mengalahkan Steelheart di buku sebelumnya. David terus melanjutkan misinya membunuh para Epik-Epik yang tak henti-hentinya mendatangi New Cago demi merebut posisi penguasa yang kini kosong. Para Reckoners telah berhasil menyingkirkan para Epik-Epik itu, sampai suatu kejadian membuat David sadar. Bahwa, ketika kelemahan seorang Epik telah terekspose, para Epik tak lebihnya seorang manusia biasa. Mereka juga takut akan kematian.


Setelah kejadian itu, David tak lagi berpikiran sama tentang para Epik. Menurut David, Mereka semua hanyalah korban dari kekuatan mereka sendiri. Dan mungkin saja, para Epik masih bisa diselamatkan dari sifat mereka yang cenderung merusak dan membunuh itu. Kalau saja mereka mau untuk tidak menggunakan kekuatan mereka untuk beberapa lama. Mungkin saja mereka bisa normal, seperti hal nya Prof. Jonathan dan Firefight yang selalu ada dipikiran David. Atau seperti itulah yang David kira.


Jujur saja, di awal-awal cerita, buku ini lumayan lambat. Berbeda dengan buku pertamanya yang beralur cepat. Buku ini perlu penghayatan yang berbeda, begitu aku sudah menemukan kliknya, boom.. aku langsung baca dengan kekuatan super. Dalam waktu setengah hari, buku ini langsung tamat. Dengan ending yang pas menurutku. Walaupun meninggalkan banyak pertanyaan ketika aku selesai membacanya.


Tapi apa gunanya coba kalo sebuah buku yang memiliki sekuel, jika di buku duanya menjawab semua misteri yang terjadi selama buku satu dan duanya. Jadi menurutku sangat wajar kalau endingnya gantung. Asalkan penerbitnya gak lama-lama banget ngeluarin buku ketiganya. Aku sih fine-fine aja.


Setting Firefight kali ini tak hanya berada di New Cago. Tapi kita juga akan berkenalan dengan kota baru bernama Babilar, alias Manhattan. Babilar adalah sebuah kota yang menarik menurutku. Dan iya, Babilar punya Steelheartnya sendiri. Aura kelamnya berbeda dari New Cago. Dan aku suka aura dari Babilar. Berasa kayak nonton bagian awal dari film X-Men yang Future Past itu.


Dan buat karakter barunya... aku rada kurang sreg sih ama beberapa orang. Karena seperti pengulangan karakter gitu. Contohnya kayak Tia dan Val. Yang bakal kalian liat sendiri deh nanti kalo udah baca nanti. Dan aku rindu Cody dan Abraham yang ada di bagian awalnya saja. Semoga mereka dapat porsi lebih banyak di buku ketiga.

Sekuel dari buku ini berjudul Calamity, iya.. seperti nama bintang merah yang berpendar itu. Yang membuat para manusia berubah menjadi Epik. Nah...  kayaknya aku udah kebanyakan nyerocos nih. Jadi segera saja kalian baca sendiri, dan rasakan sendiri gimana keseruannya berpetualang di kota Babilar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar